Kamis, 14 Februari 2019

AUTOBIOGRAFI


PETUALANGAN SI SULUNG DARI NUSA BUNGA
Oleh: MariaYasintaDatu
 Aku berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten Ngada-Kecamatan Riung-Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa kecil itu adalah Wangka. Di desa inilah aku dilahirkan dari sepasang suami istri yang sangat sederhana dan rendah hati. Pasangan suami istri itu bernama Nikolaus Datu dan Imelda Ema. Aku lahir tanggal 28 November 1982 dan diberi nama Maria Yasinta Datu. Aku biasa dipanggil Maya. Aku adalah anak pertama dari enam bersaudara. Lumayan banyak ya....hikhikhik... maklum zaman dulu berprinsip banyak anak banyak rezeki, berbeda dengan zaman sekarang dua anak cukup. Aku dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga yang sangat sederhana. Orangtuaku bekerja sebagai petani. Namun, terkadang pekerjaan sebagai pedagang pun dilakoni oleh kedua orangtuaku untuk menghidupi keenam anaknya. Ayah dan ibuku adalah sosok yang terpandang di desaku. Sosok yang selalu membuatku dan orang lain merasa nyaman bila berada di dekat mereka. Sosok yang sangat mengayomi sesama. Keteladanan inilah yang membuat ayahku diangkat menjadi kepala desa dalam kurun waktu yang cukup lama. Ibuku adalah sosok wanita yang sederhana, penyayang, dan selalu mendukung suami dan anak- anaknya.
Ketika usiaku 6 tahun, aku didaftarkan ke SD dekat dengan rumahku. Aku pun bersekolah di SDK Wangka dari tahun 1989-1995. Di SD prestasiku cukup membanggakan orangtua. Aku masuk dalam 5 besar. Lulus dari SD aku pun melanjutkan ke SMP Kejora Wangka dari tahun 1995-1998. Saat SMP kelas 7 dan 8 aku masih tinggal bersama kedua orangtuaku. Jarak antara sekolah dengan rumahku cukup jauh kira-kira 6 Km ditempuh dengan berjalan kaki. Saking jauhnya perjalanan tersebut, aku biasa berangkat jam 05.45 WITA dari rumah ke sekolah. Aku tiba di sekolah pukul 06.30 WITA. Begitu terus tiap hari kujalani. Ketika aku kelas 9 SMP, orangtua menitipkanku tinggal bersama bibiku. Rumah bibiku sangat dekat dengan sekolah. Saat aku belajar di SMP prestasiku sangat membanggakan kedua orangtuaku. Aku masuk dalam peringkat 3 besar bahkan sering sekali aku mendapat peringkat satu dan juara umum di sekolah tersebut. Hasil dari prestasiku sangat membantu kedua orangtuaku. Saat di SMP, dari kelas 7-9 aku mendapatkan beasiswa prestasi dari pemerintah. Lulus dari SMP, aku mencoba keberuntungan untuk mendaftarkan ke Sekolah Pendidikan Keperawatan atau SPK di Kota Maumere.  Namun, dewi fortuna belum berpihak padaku. Aku gagal karena tinggi badan tidak memenuhi syarat. Aku pulang ke rumah dengan hati sedih. Aku pun tidak menyerah sampai di situ. Aku mendaftarkan diri ke SMA Kejora Riung dan aku diterima. Selama aku mengenyam pendidikan di SMA, aku tinggal di kos bersama dengan beberapa temanku dari daerah yang berbeda. Ketika di SMA pun prestasi belajarku sangat memuaskan. Alhasil, aku pun mendapat beasiswa prestasi untuk ke sekian kalinya. Aku sangat bersyukur pada Tuhan.
Lulus SMA aku tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Aku merasa sangat sedih.....namun kesedihan yang kualami tidak berlangsung lama. Tuhan telah mengirimkan seseorang yang sangat baik padaku. Beliau adalah Sr. M. Liesbeth, OSF. Melalui beliaulah jalanku untuk kuliah terbuka lebar. Awalnya aku bekerja di Bali yaitu di sebuah rumah sakit bersalin selama kurang lebih 6 bulan. Setelah itu, 6 bulan berikutnya aku dipercayakan untuk bekerja di Panti Asuhan Maria Goreti Palasari Bali. Aku dihadapkan dengan anak-anak panti asuhan dari berbagai macam latar belakang keluarga dan berbagai karakter yang unik. Anak-anak itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari etnis dan agama yang beragam. Di panti inilah aku belajar banyak hal bahwa perbedaan itu indah. Perbedaan membuatku belajar menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa. Pribadi yang disiplin. Pribadi yang takut akan Tuhan. Pribadi yang tegar dan banyak hal positif yang kudapatkan di Panti Asuhan Maria Goreti Palasari Bali.
Seiring berjalannya waktu, segala tindak tanduk tutur kataku ternyata dipantau oleh Sr. M. Liesbeth. OSF. Beliau menawarkanku untuk kuliah D-II PGSD di Semarang. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung menyetujui tawaran tersebut. Betapa bahagianya aku. Pada tanggal 24 Agustus 2002 aku berangkat ke Ambarawa Semarang. Tujuan awalnya untuk mendaftarkan kuliah PGSD namun kehendak berkata lain, pendaftaran telah ditutup. Sambil menunggu kuliah, aku bekerja di Rumah Ret-ret Pangesti Wening Ambarawa. Aku bekerja selama setahun.
Tibalah waktunya aku mendaftarkan diri untuk kuliah di PGSD Bawen. Setelah mendaftar, aku mengikuti tes tertulis dan juga psikotes. Puji Tuhan hasilnya bagus. Aku dinyatakan lulus. Melihat hasil tersebut, tanpa terasa air mataku menetes di pipiku. Eitsss....tunggu dulu, ini bukan air mata kesedihan namun air mata kebahagiaan. Sejenak aku terdiam.....dalam pikiranku berkata bagaimana aku bisa membiayai kuliahku nanti? Mengingat orangtuaku bukanlah orang yang berada. Namun, Sr. M. Liesbeth, OSF memberi saran agar aku mengambil ikatan dinas. Hatiku pun lega mendengarnya. Aku kuliah di PGSD Soegijapranata Bawen Semarang dari tahun 2003-2005. Akhirnya 2,5 tahun kuliah pun kuselesaikan dengan baik dan lancar. Aku mendapat gelar di belakang namaku menjadi Maria Yasinta Datu, A. Ma. Kehidupan dan statusku pun berubah dari pekerja serabutan menjadi seorang guru SD. Aku mengabari kedua orangtuaku dan betapa bahagianya mereka mendengarkan kabar dariku.
Kini status guru telah melekat pada diriku. Aku siap mengabdikan diriku untuk mencerdaskan anak bangsa. Pada tahun 2006 Januari sampai Juni aku menjadi guru di SD Marsudirini Gedangan. Setelah itu pada bulan Juli 2006 aku dimutasikan ke SD Swasta Marsudirini Perawang Pekanbaru Riau. Aku mengajar di SD Swasta Marsudirini Perawang kurang lebih 13 tahun dari 2006 sampai sekarang.Dua tahun aku mengajar di Perawang, aku pun menemukan tambatan hati yang seiman, baik, setia, dan sangat mencintai keluarga baik keluarga dari pihakku maupun dari pihak suami. Suamiku berasal dari suku Batak dan aku Flores. Aku mempunyai 2 anak, laki-laki dan perempuan.
Ada beberapa hal yang aku ingat saat aku kecil, kedua orangtuaku selalu mengajarkanku untuk taat beribadah dan mau berbagi dengan orang yang sangat membutuhkan. Dua hal itu yang sekarang aku terapkan dari sekian peristiwa masa kecilku. Aku dan suamiku sekarang punya adik angkat dan anak angkat. Adik angkat ini sudah yatim piatu sedangkan anak angkat, kedua orangtuanya masih lengkap. Mereka berdua sekarang tinggal bersama kami. Aku menyekolahkan keduanya dari bangku SMA sampai perguruan tinggi. Adik angkatku sekarang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi Semarang. Sekarang sudah memasuki semester 4. Anak angkatku sekarang masih duduk di kelas X SMA di Perawang. Anakku kandung laki-laki sekarang sudah kelas 3 SD sedangkan anakku perempuan masih berusia 1 tahun 10 bulan. Dalam hal ini antara aku dan suami tidak merasa dirugikan justru kami bahagia bisa berbagi kasih dengan sesama yang membutuhkan. Berangkat dari keteladanan orangtua yang sederhana dan rendah hati maka aku pun demikian. Belajarlah dari pengalaman hidup masa lalu niscaya Tuhan akan membukakan pintu kebahagiaan bagi umat-Nya.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar