PETUALANGAN SI SULUNG DARI NUSA BUNGA
Oleh: MariaYasintaDatu
Aku berasal dari sebuah desa kecil di
Kabupaten Ngada-Kecamatan Riung-Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa kecil
itu adalah Wangka. Di desa inilah aku dilahirkan dari sepasang suami istri yang
sangat sederhana dan rendah hati. Pasangan suami istri itu bernama Nikolaus
Datu dan Imelda Ema. Aku lahir tanggal 28 November 1982 dan diberi nama Maria
Yasinta Datu. Aku biasa dipanggil Maya. Aku adalah anak pertama dari enam
bersaudara. Lumayan banyak ya....hikhikhik... maklum zaman dulu berprinsip
banyak anak banyak rezeki, berbeda dengan zaman sekarang dua anak cukup. Aku
dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga yang sangat sederhana. Orangtuaku
bekerja sebagai petani. Namun, terkadang pekerjaan sebagai pedagang pun
dilakoni oleh kedua orangtuaku untuk menghidupi keenam anaknya. Ayah dan ibuku
adalah sosok yang terpandang di desaku. Sosok yang selalu membuatku dan orang
lain merasa nyaman bila berada di dekat mereka. Sosok yang sangat mengayomi
sesama. Keteladanan inilah yang membuat ayahku diangkat menjadi kepala desa
dalam kurun waktu yang cukup lama. Ibuku adalah sosok wanita yang sederhana,
penyayang, dan selalu mendukung suami dan anak- anaknya.
Ketika usiaku 6 tahun,
aku didaftarkan ke SD dekat dengan rumahku. Aku pun bersekolah di SDK Wangka
dari tahun 1989-1995. Di SD prestasiku cukup membanggakan orangtua. Aku masuk
dalam 5 besar. Lulus dari SD aku pun melanjutkan ke SMP Kejora Wangka dari
tahun 1995-1998. Saat SMP kelas 7 dan 8 aku masih tinggal bersama kedua
orangtuaku. Jarak antara sekolah dengan rumahku cukup jauh kira-kira 6 Km
ditempuh dengan berjalan kaki. Saking jauhnya perjalanan tersebut, aku biasa
berangkat jam 05.45 WITA dari rumah ke sekolah. Aku tiba di sekolah pukul 06.30
WITA. Begitu terus tiap hari kujalani. Ketika aku kelas 9 SMP, orangtua
menitipkanku tinggal bersama bibiku. Rumah bibiku sangat dekat dengan sekolah.
Saat aku belajar di SMP prestasiku sangat membanggakan kedua orangtuaku. Aku
masuk dalam peringkat 3 besar bahkan sering sekali aku mendapat peringkat satu
dan juara umum di sekolah tersebut. Hasil dari prestasiku sangat membantu kedua
orangtuaku. Saat di SMP, dari kelas 7-9 aku mendapatkan beasiswa prestasi dari
pemerintah. Lulus dari SMP, aku mencoba keberuntungan untuk mendaftarkan ke
Sekolah Pendidikan Keperawatan atau SPK di Kota Maumere. Namun, dewi fortuna belum berpihak padaku.
Aku gagal karena tinggi badan tidak memenuhi syarat. Aku pulang ke rumah dengan
hati sedih. Aku pun tidak menyerah sampai di situ. Aku
mendaftarkan diri ke SMA Kejora Riung dan aku diterima. Selama aku mengenyam
pendidikan di SMA, aku tinggal di kos bersama dengan beberapa temanku dari
daerah yang berbeda. Ketika
di SMA pun prestasi belajarku sangat memuaskan. Alhasil, aku pun mendapat
beasiswa prestasi untuk ke sekian kalinya. Aku
sangat bersyukur pada Tuhan.
Lulus SMA aku tidak
bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Aku merasa sangat sedih.....namun
kesedihan yang kualami tidak berlangsung lama. Tuhan telah mengirimkan
seseorang yang sangat baik padaku. Beliau adalah Sr. M. Liesbeth, OSF. Melalui
beliaulah jalanku untuk kuliah terbuka lebar. Awalnya aku bekerja di Bali yaitu
di sebuah rumah sakit bersalin selama kurang lebih 6 bulan. Setelah itu, 6
bulan berikutnya aku dipercayakan untuk bekerja di Panti Asuhan Maria Goreti
Palasari Bali. Aku dihadapkan dengan anak-anak panti asuhan dari berbagai macam
latar belakang keluarga dan berbagai karakter yang unik. Anak-anak itu berasal
dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari etnis dan agama yang beragam. Di
panti inilah aku belajar banyak hal bahwa perbedaan itu indah. Perbedaan
membuatku belajar menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa. Pribadi yang
disiplin. Pribadi yang takut akan Tuhan. Pribadi yang tegar dan banyak hal
positif yang kudapatkan di Panti Asuhan Maria Goreti Palasari Bali.
Seiring berjalannya
waktu, segala tindak tanduk tutur kataku ternyata dipantau oleh Sr. M.
Liesbeth. OSF. Beliau menawarkanku untuk kuliah D-II PGSD di Semarang. Tanpa
berpikir panjang aku pun langsung menyetujui tawaran tersebut. Betapa
bahagianya aku. Pada tanggal 24 Agustus 2002 aku berangkat ke Ambarawa
Semarang. Tujuan awalnya untuk mendaftarkan kuliah PGSD namun kehendak berkata
lain, pendaftaran telah ditutup. Sambil menunggu kuliah, aku bekerja di Rumah
Ret-ret Pangesti Wening Ambarawa. Aku bekerja selama setahun.
Tibalah waktunya aku
mendaftarkan diri untuk kuliah di PGSD Bawen. Setelah mendaftar, aku mengikuti
tes tertulis dan juga psikotes. Puji Tuhan hasilnya bagus. Aku dinyatakan
lulus. Melihat hasil tersebut, tanpa terasa air mataku menetes di pipiku.
Eitsss....tunggu dulu, ini bukan air mata kesedihan namun air mata kebahagiaan.
Sejenak aku terdiam.....dalam pikiranku berkata bagaimana aku bisa membiayai
kuliahku nanti? Mengingat orangtuaku bukanlah orang yang berada. Namun, Sr. M.
Liesbeth, OSF memberi saran agar aku mengambil ikatan dinas. Hatiku pun lega
mendengarnya. Aku kuliah di PGSD Soegijapranata Bawen Semarang dari tahun
2003-2005. Akhirnya 2,5 tahun kuliah pun kuselesaikan dengan baik dan lancar.
Aku mendapat gelar di belakang namaku menjadi Maria Yasinta Datu, A. Ma.
Kehidupan dan statusku pun berubah dari pekerja serabutan menjadi seorang guru
SD. Aku mengabari kedua orangtuaku dan betapa bahagianya mereka mendengarkan
kabar dariku.
Kini status guru telah
melekat pada diriku. Aku siap mengabdikan diriku untuk mencerdaskan anak
bangsa. Pada tahun 2006 Januari sampai Juni aku menjadi guru di SD Marsudirini
Gedangan. Setelah itu pada bulan Juli 2006 aku dimutasikan ke SD Swasta
Marsudirini Perawang Pekanbaru Riau. Aku mengajar di SD Swasta Marsudirini
Perawang kurang lebih 13 tahun dari 2006 sampai sekarang.Dua tahun aku mengajar
di Perawang, aku pun menemukan tambatan hati yang seiman, baik, setia, dan
sangat mencintai keluarga baik keluarga dari pihakku maupun dari pihak suami. Suamiku
berasal dari suku Batak dan aku Flores. Aku mempunyai 2 anak, laki-laki dan
perempuan.
Ada beberapa hal yang
aku ingat saat aku kecil, kedua orangtuaku selalu mengajarkanku untuk taat
beribadah dan mau berbagi dengan orang yang sangat membutuhkan. Dua hal itu
yang sekarang aku terapkan dari sekian peristiwa masa kecilku. Aku dan suamiku
sekarang punya adik angkat dan anak angkat. Adik angkat ini sudah yatim piatu
sedangkan anak angkat, kedua orangtuanya masih lengkap. Mereka berdua sekarang
tinggal bersama kami. Aku menyekolahkan keduanya dari bangku SMA sampai
perguruan tinggi. Adik angkatku sekarang sedang kuliah di salah satu perguruan
tinggi Semarang. Sekarang sudah memasuki semester 4. Anak angkatku sekarang
masih duduk di kelas X SMA di Perawang. Anakku kandung laki-laki sekarang sudah
kelas 3 SD sedangkan anakku perempuan masih
berusia 1 tahun 10 bulan. Dalam hal ini antara aku dan suami tidak merasa
dirugikan justru kami bahagia bisa berbagi kasih dengan sesama yang
membutuhkan. Berangkat dari keteladanan orangtua yang sederhana dan rendah hati
maka aku pun demikian. Belajarlah dari pengalaman hidup masa lalu niscaya Tuhan
akan membukakan pintu kebahagiaan bagi umat-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar