PENTINGNYA
AFEKSI DALAM KEHIDUPAN
Oleh
: Maria Yasinta Datu, S.Pd
“Rubahlah
caramu berpikir, mantapkan cita-cita, berilah arah baru pada hidupmu”
(P.Moses Elias
Situmorang, OFMCap)
“Pentingnya
Afeksi dalam Kehidupan” merupakan bahan rekoleksi para suster dan guru mulai dari TK, SD, serta SMP di Yayasan
Marsudirini Perwakilan Perawang-Tualang-Siak-Pekanbaru-Riau. Rekoleksi tersebut
diadakan pada Kamis, 11 Juli 2019. Hadir sebagai pembimbing yaitu Pastor Moses
Elias Situmorang, OFMCap didampingi oleh Bro Rudi. Rekoleksi dilaksanakan mulai
pukul 08.00 WIB-Pukul 18.00WIB diawali dengan Perayaan Ekaristi Kudus. Setelah itu,
dilanjutkan dengan materi, ice breaking, dan outbond.
Mengawali
materi sesi I, Pastor Moses memaparkan arti kata “Rekoleksi” terkhusus untuk
para guru atau tenaga kependidikan. Dalam konteks sebagai guru atau tenaga
kependidikan rekoleksi mendapat arti yang mendalam yaitu berhenti sejenak dari
rutinitas sehari-hari guna intropeksi dan perbaikan diri ke depan. Materi rekoleksi
kali ini membahas tentang panggilan dan perutusan kita di tengah arus zaman
yang meliputi; sikap spiritualitas, kebebasan, berafeksi,dan penguasaan diri.
Dari
hasil rekoleksi tersebut ada beberapa hal yang sangat penting bagi saya atau
mungkin bagi kita semua khususnya tenaga pendidik dan kependidikan. Beberapa
poin penting akan diuraikan satu per satu sesuai dengan materi rekoleksi yang
disampaikan oleh Pastor Moses Elias Situmorang,OFMCap.
Sebagai
orang yang bekerja di Yayasan Marsudirini kita harus memiliki spiritualitas
yang mantap dan mumpuni. Spiritualitas yang mantap itu harus digali,
disuburkan, dan dikembangkan dalam proses hidup setiap hari di tengah arus
zaman melalui karya dan perjumpaan dengan anak didik dan juga orang tua murid. Dalam kapasitas
sebagai guru di Yayasan Marsudirini, spritualitas dapat diartikan sebagai
kehidupan rohani yang menyanggupkan seorang guru menghayati dan mengamalkan
imannya dalam tindakan baik dan benar untuk melayani dan membantu sesama.
Spritualitas
selalu berkaitan dengan keadilan, damai, cinta kasih, dan harapan. Artinya dalam
suatu perkumpulan, instansi, atau Yayasan, damai akan terjadi jika di dalamnya
terdapat keadilan. Jika keadilan tercipta maka di dalamnya ada kasih sehingga
segala harapan, asa, dan cita dapat terwujud sesuai visi. Lalu, pertanyaannya; “Kapan
keadilan itu tercapai?” Keadilan akan tercapai apabila ada keseimbangan antara “system
dan manusia” . Bentuk perwujudan keadilan yang lain yaitu perhatian dan kemauan
berbagi dengan sesama dalam kehidupan berkomunitas sebagai sebuah keluarga religius,
bermasyarakat, dan menggereja.
Adanya
keadilan membuat seseorang merasa memiliki kebebasan. Kebebasan mengarahkan
kita berbuat baik secara sadar. Kebebasan Kristen adalah kebebasan bertindak
dalam hal baik yaitu melayani sesama dengan cinta kasih. Sebagai seorang guru
Yayasan Marsudirini, kita mengingini kebebasan dalam arti adanya keseimbangan
antara hak dan kewajiban sehingga semuanya berjalan baik dan lancar tanpa ada
intimidasi di dalamnya. Kebebasan dapat terwujud apabila kita juga dapat
berafeksi.
Afeksi
adalah ungkapan perhatian seseorang kepada orang lain. Di dalamnya ada unsur rasa
aman, melindungi, mendukung, dan menyetujui dalam relasi. Dengan afeksi kita
menyatakan bahwa orang itu penting dan berarti bagi hidup kita. Afeksi tidak
berjalan sendirinya. Pendidikan atau pun latihan kadang diperlukan dalam
berafeksi seperti pemberian penghargaan kepada guru atau pegawai yang berprestasi
atau telah menunjukkan kesetiannya kepada Yayasan sehingga dapat dijadikan
teladan bagi guru atau pegawai lainnya.
Ada
beberapa jeni afeksi antara lain; pemberian afeksi berupa barang seperti
latihan memberi hadiah, makanan, minuman, gambar, alat tulis, dan lain-lain. Pemberian
afeksi berupa kata-kata seperti sapaan, ucapan terima kasih, pujian pada teman
dan rekan kerja di saat yang tepat. Afeksi berupa doa seperti mendoakan teman
yang berulang tahun, sakit, sukses, dan lain-lain. Yang terakhir pemberian
afeksi berupa tindakan seperti mengunjungi teman, mengantar teman, menemani
teman duduk, dan sebagainya.
Afeksi
juga tidak terlepas yang namanya penguasaan atau pengendalian diri. Penguasaan diri
merupakan salah satu bentuk kecerdasan emosional yang harus dimiliki seseorang
terutama pendidik dan tenaga kependidikan. “Mengapa penguasaan diri perlu kita
miliki?” Karena orang yang tidak dapat menguasai diri akan jatuh dalam berbagai
perbuatan dosa, menjadi manusia yang kasar dan liar tindakannya. Lalu, “Darimana
kita memulainya?” Penguasaan diri dimulai dari kita secara pribadi karena musuh
terbesar adalah diri kita sendiri bukan orang lain atau pun lingkungan di mana
kita tinggal.
Untuk
menambah semaraknya rekoleksi, maka di sela-sela materi disisipkan macam-macam
ice breaking dan outbond. Tujuannya agar dapat mencairkan suasana sehingga
peserta rekoleksi tidak bosan selam rekoleksi berlangsung. Ice breaking
dipimpin oleh Bro Rudi. Sebelum memulai acara rekoleksi, semua peserta diajak untuk menyanyikan lagu “Be
Happy” dengan gerakan Bro Rudi yang gemulai bak seorang penari professional.
Selain
itu ada juga games. Setiap games mengandung makna sesuai dengan tema rekoleksi.
Adapun games yakni “Permainan menyembunyikan barang berharga milik kita yang
tidak boleh diketahui oleh orang lain”. Dalam games ini mengajarkan kita
bagaimana kita menjaga sesuatu hal yang sangat berharga bagi kita sehingga
tidak seorang pun bisa menggangunya. Games berikutnya adalah “Mengoper balon ke
teman menggunakan lutut”. Dalam permainan ini, mengajarkan kita bagaimana kita bisa menjaga
kekompakan, persaudaraan, kerja sama, dan juga penguasaan diri. Dan masih
banyak lagi games seru dalam rekoleksi.
Rekoleksi
pun berakhir tepat pukul 18.00 WIB. Satu hal yang menjadi kesimpulan bagi kita
sebagai pendidik dan tenaga kependidkan bahwa afeksi itu sangat penting dalam
hidup Sberorganisasi, bermasyarakat, dan
menggereja. Maka mulai dari sekarang mari kita bersama-sama “Rubahlah
cara berpikirmu, mantapkan cita-cita, dan berilah arah baru pada hidupmu”. Semoga
kita dapat menggunakan kebebasan di
Yayasan Marsudirini untuk hari-hari kedepannya.
#Perawang,
17 Juli 2019#
#peace
and love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar