Manakah
yang Salah, Pengajaran atau Pendidikannya?
Oleh
: Maria Yasinta Datu
Akhir-
akhir ini banyak warga masyarakat dibuat resah akibat beberapa tindak
kejahatan. Sebut saja aksi begal, penjarahan, pencurian, bahkan aksi ancaman pembunuhan.
Aksi kejadian tersebut dilakukan dengan strategi yang sangat profesional,
sehingga korbannya pun tidak ada prasangka buruk terhadap aksi mereka. Beberapa
strategi yang dilakukan antara lain; berpura-pura menanyakan alamat tertentu,
berpura-pura untuk bertamu di siang hari dengan sikap yang sangat manis, dan
masih banyak lagi strategi yang mereka lakukan.
Di
balik aksi mereka tujuannya satu yaitu ingin sesuap nasi. Barang-barang yang
mereka inginkan seperti handphone, uang, perhiasan emas, jam tangan bermerk,
kamera bermerk, dan lain sebagainya. Mirisnya lagi, pelaku kejahatan tersebut
adalah anak-anak muda yang produktif dalam mencari pekerjaan. Sungguh sangat
disayangkan perbuatan yang tidak terpuji ini. Melihat kejadian demi kejadian,
sejenak berpikir. “Manakah yang Salah,
Pengajaran atau Pendidikannya?”
Pengajaran
merupakan proses belajar atau menuntut
ilmu. Siapakah yang berperan dalam hal ini? Tentu pendidik yang meliputi guru,
dosen, ustadz, atau lainnya yang bertugas menyampaikan ilmu kepada muridnya.
Setelah ilmu tersampaikan maka hasilnya murid akan menjadi pintar, pandai, dan
memiliki ilmu pengetahuan. Apakah seseorang cukup dibekali dengan ilmu saja?
Jawabnya tentu tidak.
Pendidikan
merupakan proses mendidik yang melibatkan penerapan nilai-nilai. Menurut
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada
satuan pendidikan formal, dinyatakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,
dan masyarakat sebagai bahan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Nilai-nilai
yang dimaksud disini meliputi nilai religiusitas, nasionalisme, gotong royong,
mandiri, dan integritas. Nilai-nilai karakter tersebut perlu dibudayakan untuk anak-anak di tengah kemerosotan akhlak
yang dikeluhkan banyak pihak. Nilai religiusitas mencerminkan keberimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Di sini seseorang ditekankan untuk tekun
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan agama yang
dianutnya. Seseorang diharapkan memiliki ilmu agama yang mumpuni agar dalam
kehidupan bermasyarakat dapat menjadi imam, serta dapat menghargai agama yang
satu dan lainnya.
Nilai
nasionalis menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Untuk memupuk rasa nasionalis seseorang dapat melakukan
dari hal-hal kecil seperti mengikuti peraturan yang ditetapkan pihak berwenang,
menjaga ketenangan masyarakat, mengikuti upacara bendera saat hari besar
nasional atau sejenisnya.
Nilai
mandiri artinya tidak bergantung pada orag lain dan menggunakan tenaga,
pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Nilai
kemandirian ini identik dengan kesuksesan seseorang. Biasanya sesorang yang
hidup mandiri sejak kecil akan lebih mudah meraih kesuksesan ketika usia
dewasa.
Nilai
gotong royong mencerminkan tindakan menghargai kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama. Pada zaman dahulu asas kekeluargaan dan gotong
royong sangat kental diantara hidup bermasyarakat. Namun pada zaman milenial
yang telah mengenal arus teknologi perlahan nilai gotong royong mulai
menghilang. Untuk itu sebaiknya nilai karakter ini kita bangkitkan lagi
kepermukaan, agar seseorang memiliki sifat tenggang rasa dan tepaselira.
Nilai
intergritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Seseorang yang memiliki
nilai integritas akan berhati-hati menjalin pergaulan, sebab kepercayaan yang
diberikan kepada orang lain itu mahal harganya.
Jika
kelima nilai-nilai tersebut diimplementasikan dengan baik, maka seseorang diharapkan
memiliki pendidikan karakter yang baik dan tangguh. Seseorang tidak terjerumus
ke dalam aksi kejahatan dan kemaksiatan seperti; begal, penjarahan, pencurian,
serta aksi ancaman pembunuhan.
Dalam
pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan, penjiwaan terhadap penerapan
nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa
diharapkan manusia selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar dapat membersihkan
hati insan dari sifat iri, dengki, keji, dan mengisinya dengan sifat terpuji. Pendidikan juga mampu mengembalikan hati
nurani kepada keadaan fitrah yang suci serta nafsu perlu dikendalikan supaya
tidak cenderung melakukan tindakan kejahatan dan maksiat tetapi cenderung
kepada kebaikan, amal ibadah, dan doa.
Dalam
uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengajaran dan pendidikan bagai dua
mata pisau yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Seseorang tidak bisa
dikatakan baik jika hanya memiliki ilmu pengetahuan yang cukup begitu pun
sebaliknya. Oleh karena itu, pengajaran tanpa pendidikan akan menghasilkan
masyarakat yang pandai tetapi ahlaknya jahat. Jahat dalam hal ini meliputi;
rasa dengki, iri, dendam, individual, hilang rasa kasih sayang, bahkan rasa
kemanusiaan musnah.
Mendidik
saja tanpa dibekali ilmu yang memadai akan menghasilkan individu yang baik
tetapi tidak berguna di tengah masyarakat. Seseorang berahklak mulia yang baik
ternyata tidak serta merta memiliki masa depan yang gemilang, jika tidak
memiliki ilmu pengetahuan yang cukup. Peranan pengajaran ilmu hanya sedikit
saja sedangkan selebihnya adalah peranan pendidikan.
Manusia
menjadi jahat bukan karena tidak tahu ilmu. Manusia jahat adalah karena proses
pendidikannya yang tidak tepat sehingga jiwanya tidak hidup. Pengajaran dan
pendidikan harus seimbang, agar seseorang dapat menjadi pribadi yang
berkarakter baik dan memiliki ilmu yang memadai. Dengan demikian aksi-aksi
seperti; begal, penjarahan, pencurian, bahkan aksi ancaman pembunuhan tidak
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Marillah kita menjadi generasi
milenial yang berkepribadian cerdas serta berkarakter baik.
#Perawang,
5 Juni 2019
#Peace
and Love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar